Jan 31, 2010

Sistem Operasi untuk Belajar Internet Tanpa Koneksi Internet

SchoolOnffLine adalah sebuah Distro / LiveDVD turunan dari Sabily atau Ubuntu yang di tujukan untuk sekolah / pelajaran Internet. Dalam SchoolOnffLine terdapat Server Web, e-learning Moodle, Blog Wordpress, Wiki, Digital Library, e-mail, Webmail, File Sharing (SAMBA), Ubuntu Repository Server Lokal, Chatting Server. Dengan menggunakan SchoolOnffLine sebuah sekolah dapat memberikan pelajaran komputer / Internet tanpa perlu online ke Internet.
Bahkan jika di perlukan untuk demonstrasi LiveDVD SchoolOnffLine dapat digunakan di komputer tanpa mengganggu software yang ada di harddisk komputer tersebut. SchoolOnffLine dapat juga di install ke harddisk untuk penggunaan yang lebih permanen.


Untuk spesifikasi lebih lengkap lihat disini
Untuk mendownloadnya disini


Jan 21, 2010

Download Buku "Anak-anak Membangun Kesadaran Kritis"

Buku Laskar Pelangi menghentak khalayak, menggugah para guru, menginspirasi jutaan pembaca, menghardik dunia pendidikan di negeri ini. Asrori S. Karni menyebutnya The Phenomenon.

Seto Mulyadi mengatakan novel ini menunjukkan pada kita bahwa “pendidikan adalah memberikan hati kita kepada anak-anak, bukan sekedar memberikan instruksi dan komando, dan bahwa setiap anak memiliki potensi unggul …..”.

Buku Anak-anak Membangun Kesadaran Kritis barangkali dapat melengkapi gambaran tentang bagaimana anak bila diberikan perlakuan yang tepat (memberikan hati seperti disampaikan Kak Seto) dan kesempatan untuk berpartisipasi maka anak-anak dapat menjadi subyek/pelaku perubahan sosial yang luar biasa. Buku ini memberi fakta-fakta, pengalaman di berbagai tempat dan berbagai lapangan yang sangat kaya dimana anak-anak tumbuh kembang kesadaran kritisnya dan sungguh menjadi subyek perubahan sosial.

Selamat membaca buku terbitan insist yang sangat baik

Salam hangat
Andreas Iswinarto


Sumber : www.insist.or.id

Hingga saat ini, belum ada wacana yang terintregasi menyangkut partisipasi anak-anak. Perdebatan seputar partisipasi cenderung didasarkan hanya pada opini, anekdot, dan kenangan romantis masa kanak-kanak daripada bukti-bukti yang konkrit.

Berbagai program penelitian tentang peran dan persfektif anak-anak telah dilakukan di seluruh dunia untuk menjawab secara jelas pertanyaan: "mengapa anak-anak?". Dengan menggunakan pendekatan dan proses partisipatoris, para peneliti dan pendamping anak-anak dapat mendapatkan pengalaman yang sangat berharga tentang bagaimana bekerja dengan anak-anak laki-laki maupun perempuan.

Buku ini menyajikan banyak contoh dari berbagai benua, bagaimana anak-anak bisa difasilitasi untuk mengungkapkan pendapat dan memaparkan realitas mereka dengan memakai berbagai media ungkap dalam rangka melenyapkan dominasi yang selama ini membungkam suara mereka.

Judul Asli:Stepping Forward
Penulis: Victoria Johnson, Edda Ivan-Smith, Gill Gordon, Pat Pridmore, Patta Scot
Penerjemah:Harry Prabowo dan Nur Cholis

Berikut Link Download Buku tersebut:

Lembar Penghargaan (PDF; 12kb)

Kata Pengantar 1: Partisipasi dan Anak-anak (PDF; 20kb)

Kata Pengantar 2: Anak sebagai Subyek Perubahan Sosial (PDF; 80kb)

Pendahuluan (PDF; 68kb)

Bagian 1: Sebuah Awal (PDF; 112kb)

Bagian 2: Etika Penelitian Bersama Anak-Anak (PDF; 176kb)

Bagian 3: Sebuah Proses (PDF; 456kb)

Bagian 4: Pengaruh Budaya terhadap Pandangan dan Sikap Anak (PDF; 200kb)

Bagian 5: Partisipasi Anak-Anak dalam Situasi Konflik dan Bencana (PDF; 132kb)

Bagian 6: Institusi dan Kekuasaan (PDF; 812kb)

Bagian 7: Anak-Anak sebagai Partisipan Aktif (PDF; 164kb)

Singkatan (PDF; 16kb)

Glosarium (PDF; 24kb)

Apendix 1 (PDF; 20kb)

Apendix 2 (PDF; 20kb)

Bibliografi dan Daftar Pustaka (PDF; 68kb)

Dari: http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/09/buku-online-gratis-anak-anak-membangun.html

Ayo Bantu 6,3 juta Ibu Indonesia Belajar Membaca

Donasi Gerakan Penguatan Perempuan agar Mereka Berdaya

Mampu membaca dan menulis adalah gerbang ilmu dan keberdayaan. Namun, di era milenium ini, ada sebagian rakyat Indonesia khususnya perempuan miskin tidak bisa baca tulis. Data Diknas tahun 2009, terdapat 9,76 juta penduduk usia 15 tahun ke atas masih buta aksara, dimana 64% atau sekitar 6,3 juta di antaranya adalah perempuan. Dukungan layak diberikan kepada para ibu dan calon ibu yang tidak bisa baca tulis ini agar mereka lebih berdaya. YAPPIKA dan Dompet Dhuafa menggalang dukungan publik untuk melatih dan mendampingi para ibu belajar membaca.


Donasi dapat disalurkan ke rekening Bank Mandiri 006.00.0036529.0. a.n. YAPPIKA atau CIMB Niaga 502-01-00026-00-8 a.n. Yayasan Dompet Dhuafa.

Informasi lebih lanjut: Elita (YAPPIKA: 021 – 819 1623, www.yappika.or.id), Arlina (Dompet Dhuafa: 021 - 741 6050, www.dompetdhuafa.or.id).

Jan 19, 2010

Qaryah Thayyibah; Sekolah Bermutu dengan Biaya Murah



Melihat dan mendengar kata Indonesia di berbagai ruang dan waktu seringkali menimbulkan rasa pesimisme tentang seperti apa masa depan bangsa ini akan menjadi. Berita tentang berbagai kebobrokan hampir seluruh aspek kehidupan komunitas bangsa ini seolah semakin membuat lutut ini lemas saja. Lihat saja, korupsi semakin terbuka, tawuran, bahkan sebagian anak bangsa ini juga tak malu lagi mengkonsumsi sampah untuk makanannya.
Kebobrokan ini juga menimpa dunia pendidikan di negeri ini. Lihat saja, dari soal minimnya fasilitas fisik sekolah-sekolah yang negeri, kurangnnya kualitas guru, minimnya gaji guru sampai soal jual beli skripsi bagi mereka yang ikut program penyetaraan sarjana demi kenaikan gaji yang katanya sampai 2 kali lipat.
Namun, di tengah nestapa tersebut ternyata masih banyak pula "keajaiban" yang muncul. Keajaiban yang jadi semacam oase di tengah gurun. Salah satunya adalah yang muncul di ranah pendidikan. Ditengah fenomena kesenjangan pendidikan antara yang kaya dan yang miskin yang itu berarti juga kesenjangan dalam hal kualitas, kini muncul fenomena pendidikan alternatif. Pendidikan itu bernama Qaryah Thayyibah. Sekolah alternatif yang digagas oleh pemuda bernama Bahruddin di sebuah daerah di Salatiga, Jawa Tengah.
Saya sendiri pertama kali mengetahui fenomena tersebut hanya dari media VCD kompilasi dari berbagai acara TV. Namun, dari tayangan itu saja saya dapat melihat semangat gerakan alternatif yang mampu memberikan jawaban bagi kesenjangan pendidikan yang ada. Pendidikan yang diselenggarakan dalam bentuk sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah (SMP) ini benar-benar menawarkan sesuatu yang berbeda. Perbedaannya tidak hanya terlihat dari kesederhanaan bangunan yang ada. Sekolah ini menempati sebuah rumah warga dan tidak memiliki bangunan megah layaknya sekolah-sekloah modern. Namun belajar, bagi mereka, menjadi hal yang menyenangkan. Belajar bukan lagi menjadi beban. Proses belajar diselenggarakan dengan cara yang tidak kaku. Gurupun bukan hanya sebagai penyampai materi, tapi menjadi partner belajar. Mereka juga dikenalkan dengan lingkungan dengan cara menyatukan mereka dengan lingkungan sekolah mereka, baik lingkungan alam maupun lingkungan masyarakat sekitar.
Dengan gedung yang sederhana, bukan berarti mereka menerima pendidikan alakarnya. Fasilitas internet 24 jam juga tersedia di sekolah ini. Tidak dengan komputer yang serba wah memang, namun siswa bisa menggunakannya kapan saja. Tentu saja ini membuat siswanya melek internet. Biaya yang dikeluarkan oleh orang tua siswa juga tak harus membuat mereka terbebani. Rp 15.000 tentu harga yang sangat murah untuk sebuah proses pendidikan yang berkualitas. Ternyata Qaryah Thayyibah mampu membuktikan bahwa kaualitas yang bagus tidak selalu identik dengan biaya yang mahal. Yang diperlukan hanya dedikasi. Inilah yang telah banyak hilang dari komunitas bangsa ini.
Saya membayangkan model seperti ini juga dikembangkan di berbagai daerah di tanah air ini. Banyak ormas di indonesia tentunya yang sangat berpotensi mengembangkannya.